Selasa, 02 Oktober 2012

organisasi paskibraka



Organisasi paskibraka


Sebelum saya menceritakan pengalaman organisasi saya sebagai anggota paskibraka, apa itu paskibarka? Paskibraka itu adalah pasukan pengibar bendera  yang nanti  tugasnya  pada upacara bendera tanggal 17 agustus atau hari ulang tahun Negara indonesia, dan pasukan terdiri dari pasukan 08 pasukan 17 dan pasukan 45, yang akan membentuk sebuah formasi dalam pengibaran bendera.
Pengalaman saya saat menjadi anggota paskibrakan sangatlah menyenangkan, tapi tidak gampang untuk kita bisa menjadi anggota paskibraka  karena semua itu dalam tes tersendiri, misalnya : seseorang yang ingin ikut menjadi anggota paskibraka, dia harus mulai dari bawah, awalnya pengetesan dari tingkat sekolah, jika lolos dia akan lanjut ke tingkat kabupaten, dan berarti dia sudah mendapatkan tingkat kecamatan, dan saat pengetesan tinggkat kabupaten yang lebih tinggi lagi dia lolos, itu berarti dia sudah menjadi anggota paskibraka tinggkat kabupaten, disitu akan lanjut lagi untuk pengetesan tingkat provinsi, jika dia lolos maka dia akan menjadi anggota paskibraka tinggkat provinsi, dan jika dia lolos lagi pengetesan tingkat nasional dia akan mewakili provinsi dia sebagai salah satu anggota paskibraka untuk Indonesia yang upacara benderanya dilaksanakan dijakarta, wahhhh pastinya sanggat senang dan bahagia bisa menjadi anggota paskibraka tinggkat nasional yang mewakili provinsi tempat ia tinggal dan akan menjadi kebanggan tersendiri untuk nya, dan pengetesan itu terdiri dari fisik, tinggi badan, kesehatan dan yag lainnya dan khusus buat perempuan akan melakukan tes keperawanan.
Pada tahun 2009 saya resmi diterima sebagai anggota paskibraka, pada penerimaan ada 3 tahap pemilihan anggota paskibraka yang langsung dipilih oleh polisi sendiri, awalnya saya dipilih terakhir dari yang lain, setelah semuanya terkumpul, langsung mengadakan eliminasi lagi dan alhamdulilah saya tidak dieliminasi dalam tahap kedua, dan yang tahap ketiga saya benar deg-deg’an karena polisi itu dibelakang saya, disitu saya sudah pasrah saya berfikir saya akan dikeluarkan tapi ternyata dia maju ke depan saya dan menunjuk lelaki didepan saya, alhamdulilah saya selamat dalam hati saya. Disitu lah benar – benar resmi menjadi anggota paskibarka namun hanya tingkat kecamatan, karena tinggkat kabupaten saya tidak lolos dalam pengetesan, maklum tinggi saya hanya 170 cm, tapi saya benar – benar senang bisa menjadi anggota paskibarka meski ditingkat kecamatan, bagi saya itu adalah kebanggan tersendiri bisa menjadia anggota paskibraka. Setelah itu barulah dibentuk anggotanya yaitu : pasukan 08, pasukan 17, pasukan 45, dan akan mulai latihan pada esok harinya.
Tepat pukul 07.00 pagi saya sudah berada dilapangan tempat kita latihan paskibraka semua anggota sudah berkumpul, malah yang telat polisi yang melatih kita, dia datang jam 08.00 sendiri, padahal dia menyuruh kita datang jam 07.00 pagi, mungkin itu pelatihan pertama untuk kita supaya disiplin tepat waktu. Tidak lama kemudian pelatih itu meinta kita berkumpul sesuai barisan yang telah ditentukan kemarin, sambil membawa toa dia berkata kepada kita menentukan semua yang akan menjadi pelatihan kita, suaranya benar – benar mengerikan, saat latihan kita semua diperlakukan seperti tentara, kita benar – dipacu fisiknya, mulai dari push up, rolling, guling ditanah, sit up, dan keliling lapangan, wuh benar – benar menyakitkan namun mengasyikkan, karena sering juga pelatih itu bercandaiin kita, yah mungkin supaya kita lebih semangat, dia takut fisik kita tidak kuat saat di hari H nya, makanya dari sekarang dia melatih fisik kita dengan serius.
Tiba waktunya selesai latihan kita diistirahatkan, kita diberi makanan kecil, buah – buahan, telor rebus, dan air putih, sambil menikmati makan kecil pelatih kita bercerita dan bercanda, huhhhhh seruh banget, ternyata polisi yang melatih kita pintar melawak, yang saya ingat pelatih itu berkata, ternyata laki - laki dan perempuan lebih kuat yang perempuan fisiknya karena yang laki – laki kebanykan mansturbasi mulu dikamar mandi, jadinya lemes terus..hahahahaa kami semua spontan tertawa terbahak – bahak, dan dia lanjut berkata karena yang perempuan tidak bisa mansturbasi, dia bingung bagaiman caranya, kalau laki – laki kan gampang, wah kami benar – benar tetawa tidak henti – henti, saya fikir memang pelatih ini pintar melawak. Dan tidak lama waktu bersealng kita dipulangkan dan akan melanjutkan latihan sore harinya, katnya supaya kita bisa istirahat biar stamina kita fit lagi.
Sore harinya kita latiahan lagi, kali ini kita benar – benar latiahan keras, salah sedikit push up sebanyak 20 x, bahakn jika kita sering melakukan kesalahan kita semua guling – guling dilapangan bahkan kita rolling sepanjang lapangan, benar – benar pusing ini kepala karena rolling mau pecah rasanya, jadi seperti itu trus latihanya selama 20 hari.
Pada hari ke 13 kita sudah hampir bisa menguasai semua formasi yang diajarkan tentang semua tata geraknya jadi hari berikutnya kita hanya merapikan semua gerakan, tapi tiba – tiba polisi yang melatih kita itu meminta kita push up 20 x lagi diasphal, padahal kita tidak ada melakukan kesalahan, alhasil tangan kita semua luka – luka karena push up diasphal, apalagi yang menghitung polisi bukan kita, jadi kita push up dibuat mainan olehnya, kita push up 20 saja menghabiskan waktu hampir setenga jam, karena jika push up sewaktu naik turun tidak sama – sama dengan yang lain maka dihitung dari awal lagi, benar – benar mau pingsan kita semua tapi lucu juga karena sambil tertawa, bahkan orang – orang yang melihat kita dipinggir jalan ikut tertawa, saya berfikir latihan ini tidak cepat selesai karena saya sangat bahagia dengan suasan ini, saya ingin lama – lama dalam latihan ini, dan setelah beberapa hari latihan, sampailah kita pada puncak pelaksanaan, pagi itu kami dijemput oleh sebuah bus besar untuk diantar kelapangan stadion tempat upacara bendera, dan setibanya kita disana, semua orang telah menanti – nantikan kita, semua mata tertuju pada kita, dan kami siap – siap berbaris diluar lapangan, semua siswa – siswi mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, para guru, camat, bupati sudah berbaris dilapangan, setelah terdengar pengibaran bendera merah putih dari salah satu petugas upacara, kita berjalan tegap dan berkionsentrasi untuk tidak melakukan kesalah terlebih pada fariasi barisan kita semua benar – benar berkonsentrasi penuh supaya tidak melakukan kesalahan, karena kita semua disaksikan lebih dari 1000 orang, pada saat menyanyikan lagu Indonesia raya buluh kuduk saya merinding saya benar – benar menangis bahagia, karena kita telah merdeka, kita tidak bersusah payah lagi merebut negara Indonesia kita ini pada penjajah, kita tinggal hanya meneruskan dan menjaga Negara ini.
Setelah pengibaran selesai, kita kembali melakukan formasi gerakan dan menuju pintu keluar, saat kita semua sudah keluar dari pintu stadion, kita langsung spontan lompat karena tugas kita selesai pada pagi ini dan tidak melakukan kesalahan sama sekali, kita langsung menaiki bus  pulang dan akan kembali pada sore harinya. Tiba sore harinya kita kembali kestadion untuk penurunan bendera, dan kembali kita masuk lapangan dengan gerakan tegap maju diimbangi dengan gaya formasi yang membuat barisan nantinya indah, penurunan bendera selesai dan bendera kembli deserahkan kepada bapak bupati, setelah itu kami jalan tegap maju menuju pintu keluar stadion. Dan selesai lah tugas kami, dan malamnya kami mengadakan selamatan dan dilanjutkan dengan pesta distadion, benar – benar ramai pada malam itu kita semua foto distadion satu sama lain, supaya bisa buat kenangan.
Sampai sini cerita pengalaman organisasi saya sebagai anggota paskibraka, mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan ini..terima kasih……..

Kamis, 05 Juli 2012

modifikasi v-ixion velk jari-jari



foto yang sekarang..ban blkg di gedein dkit..tromol di cat

tinggal maen chrome aja..heheh. berhubng ane jrang ol, agan bs hub ane ke no 0853-1174-1989 klw cm buat skdr tnya2, insyaallah fast respons.. sklian ane mau jual velk + ban nye. 600 rb aje.. cod cm d margonda dan klpa dua depok. walh2 mlh jdi jual velk..wkwkwwk









Rabu, 06 Juni 2012

8. manusia dan pandangan hidup



Pandangan Hidup Orang Sunda (prosa)


Orientasi nilai budaya manusia dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial serta penelitian tentang sampai dimanakah nilai budaya itu bisa menghambat atau mendorong pembangunan nasional, dapat dilakukan dengan menggunakan konsep dasar tertentu. Konsep dasar yang dipakai adalah konsep sistem nilai budaya (cultural values), Dengan demikian, sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidup.
Cara berbagai kebudayaan di dunia itu, dalam mengonsepsikan masalah tersebut bisa berbeda-beda. Meski dipahami bahwa kemungkinan untuk bervariasi itu terbatas adanya. Seperti pada masalah pertama, ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakikatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan dan karena itu harus dihindari. Kebudayaan-kebudayaan yang terpengaruh agama Budha misalnya, dapat disangka mengonsepsikan hidup itu sebagai suatu hal yang buruk. Pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk menuju ke arah tujuan untuk bisa memadamkan hidup itu dan meremehkan segala tindakan yang hanya mengekalkan rangkaian kelahiran kembali.
Adapun kebudayaan lain memandang hidup manusia itu pada hakikatnya merupakan suatu hal yang baik. Ada pula yang memandang hidup manusia itu pada hakikatnya buruk, tetapi manusia dapat mengusahakan untuk menjadikan hidup itu suatu hal yang baik dan menggembirakan. Masalah kedua, ada kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup. Kebudayaan lain menganggap tujuan dari karya manusia itu untuk memberikan kepadanya suatu kedudukan dalam masyarakat. Ada juga kebudayaan yang menganggap karya manusia itu sebagai gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Masalah ketiga, ada kebudayaan yang memandang bahwa masa lampau adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam kebudayaan seperti itu, orang akan sering mengambil, dalam tindakannya, sejumlah contoh dan kejadian dalam masa lampau itu. Sebaliknya, ada pula kebudayaan yang hanya punya suatu pandangan waktu yang sempit. Manusia dari suatu kebudayaan serupa itu, tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan masa yang lampau maupun masa yang akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini. Kebudayaan lain justru mementingkan pandangan yang berorientasi sejauh mungkin terhadap masa yang akan datang. Dalam kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat penting.
Masalah keempat, ada kebudayaan yang memandang alam itu suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia itu pada hakikatnya hanya bersifat menyerah, tanpa ada banyak yang dapat dilakukan. Sebaliknya ada pula kebudayaan lain yang memandang alam itu suatu hal yang bisa dilawan oleh manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukkan alam. Kebudayaan lain menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam.
Masalah kelima, ada kebudayaan yang amat mementingkan hubungan vertikal antara manusia dan sesamanya. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam suatu kebudayaan serupa itu, akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-orang senior, atau orang-orang atasan. Kebudayaan lain lebih mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya.
Orang yang berada dalam kebudayaan itu akan sangat merasa bergantung kepada sesamanya dan akan upaya memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesamanya merupakan suatu hal yang amat terpuji. Kebudayaan lainnya tidak membenarkan anggapan bahwa manusia harus tergantung orang lain dalam hidupnya. Kebudayaan seperti itu, yang amat mementingkan individualisme, menilai tinggi anggapan bahwa manusia itu harus berdiri sendiri dalam hidupnya dan sedapat mungkin mencapai tujuannya dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain .
A. Pandangan Hidup Orang Sunda
Disebutkan bahwa pandangan hidup orang Sunda itu terbagi kepada tiga bagian. Bagian pertama tecermin dalam tradisi lisan dan sastra Sunda yang berasal dari kalangan lapisan atas (elite).
Asilnya disimpulkan bahwa pandangan hidup orang Sunda itu terdiri atas: (1) manusia sebagai pribadi; (2) manusia dengan masyarakat; (3) manusia dengan alam; (4) manusia dengan Tuhan; dan (5) manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin. Penelitian ini sampai pada adanya dua pandangan, yaitu yang pertama, pandangan yang membagi manusia menjadi dua golongan ialah golongan penguasa dan golongan rakyat, sedangkan yang kedua, tidak membedakan apakah seseorang itu termasuk penguasa ataukah bukan sehingga berlaku umum.
Dari analisis terhadap bahan-bahan yang diteliti itu dapat diidentifikasikan sejumlah sifat khas yang dianggap baik dan tidak baik oleh orang Sunda. Semuanya digolongkan kepada empat kategori besar, yaitu (1) akal; (2) budi; (3) semangat; dan (4) tingkah laku.
Dalam kategori akal yang dianggap baik ialah sifat-sifat pintar, pandai, cerdas, cerdik, arif, berpengalaman luas, dan menjunjung tinggi kebenaran, sedangkan yang tidak baik adalah bodoh, banyak bingung, suka bohong, membenarkan yang bohong, pandai membohongi orang, dan terlalu benar (dalam pengertian tidak surti). Dalam kategori budi ada 31 macam sifat yang baik, antara lain jujur, suci, punya pendirian, takwa, tidak takabur, siger tengah (tidak ekstrem), bageur(orang baik), bijaksana, berjiwa kerakyatan, punya rasa malu, taat pada orang tua, punya harga diri, setia, bisa dipercaya, dll. Sementara sifat yang tidak baik antara lain, pendendam, tidak berperasaan, tidak punya rasa malu, tidak tahu berterima kasih, dan takabur.
Dalam kategori semangat, sifat yang dipandang baik ada 18 macam, antara lain punya idealisme, sabar, percaya kepada takdir, tabah, punya semangat belajar, mau berikhtiar, rajin, lebih baik mati daripada hidup hina, berani, bersifat satria, ulet, tahan godaan, khusuk dalam berdoa, sedangkan yang dianggap tidak baik, antara lain merasa tidak berdaya, menyiksa diri sendiri, pengecut, penakut, serakah, dan menyalahgunakan kedudukan.
Dalam kategori tingkah laku, sifat yang dianggap baik ada 38 macam, antara lain, sederhana, matang perhitungan, suka menolong, sopan, waspada, teliti, tahu diri, ramah, tidak licik, menepati janji, hemat, tidak banyak bicara, punya keterampilan, dan lain-lain. Sementara sifat yang tidak baik ada 59 macam, antara lain, suka menonjolkan diri, sombong, berpakaian berlebihan, malas, tidak mau berusaha, suka bertengkar, suka mencuri, dengki, menipu, licik, pencemburu, dijajah materi, cerewet, bicara sembarangan, usilan terhadap orang lain, suka menasihati orang lain, tidak menghargai orang lain, selingkuh, boros, dan lain-lain.
Peneliti pun mengidentifikasikan pandangan hidup orang Sunda tentang hubungan manusia dengan masyarakat (pergaulan antarjenis, pergaulan dalam lingkungan keluarga dalam masyarakat luas). Tentang hubungan manusia dengan alam (alam nyata, dan alam gaib) diidentifikasikan bahwa orang Sunda memandang lingkungan hidupnya bukan sebagai sesuatu yang harus ditundukkan, melainkan harus dihormati, diakrabi, dipelihara, dan dirawat. Sementara tentang manusia dengan Tuhan (menurut uga dan menurut adat istiadat) dapat diidentifikasikan bahwa meskipun sekarang umumnya memeluk agama Islam, masih banyak kepercayaan pra-Islam yang masih menjadi pegangan walaupun hasil analisis data menyimpulkan bahwa orang Sunda amat mengakui akan kekuasaan Tuhan.
Pada penelitian tersebut, pandangan hidup orang Sunda tercermin dalam kehidupan masyarakat Sunda dewasa ini.  penelitian tahap  ini dilakukan dengan mengadakan kuesioner terhadap orang Sunda di enam wilayah, yaitu 4 wilayah pedesaan (Sukabumi, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya) dan 3 wilayah kota (Cianjur, Sumedang, Bandung). Pertanyaan yang diajukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya berkenaan dengan pandangan orang Sunda mengenai, (1) manusia sebagai pribadi, (2) manusia dengan Tuhan; (3) manusia dengan alam; dan (4) tentang mengejar kemajuan lahir dan kepuasaan batin.
Untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran atau tidak terhadapnya, hasil angket itu ternyata menunjukkan bahwa pada umumnya terjadi pergeseran dalam setiap aspek yang ditanyakan. Akan tetapi tidak terjadi perubahan yang besar. Pandangan hidup berkenaan dengan manusia sebagai pribadi, dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin, dapat dikatakan tetap. Perubahan terjadi pada aspek manusia dengan alam dan manusia dengan masyarakat, tetapi itu pun tidak sama dalam semua hal, tergantung wilayah dan aspeknya. Tak tampak perbedaan yang mencolok antara pandangan hidup orang Sunda dewasa ini. Dengan tetap berakar pada tradisinya, telah dan sedang mengalami pergeseran dan perubahan itu, perubahan mengarah kepada pandangan yang lebih waspada, lebih bertauhid dalam beragama, lebih realistis dalam bermasyarakat dan lebih memahami aturan alam.
B. Perguruan Tinggi Agama Islam dan Islam Sunda
Secara umum, masyarakat Jawa Barat beretnis Sunda dan mayoritasnya pemeluk agama Islam. Berdasarkan hal tersebut dapat dimunculkan sejumlah gagasan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap berkenaan dengan hubungan antara Islam sebagai agama dan Sunda sebagai etnis terbesar di Jawa Barat ini. Untuk menjelaskan hubungan itu pula, banyak aspek yang bisa diteliti.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati Bandung adalah sebuah perguruan tinggi Islam yang terletak di ibu kota Provinsi Jawa Barat. Perguruan tinggi ini, karena mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam di lingkungan masyarakat Sunda, sudah sepantasnya menyadari akan hal tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang didesain perguruan tinggi ini diusahakan agar memiliki nilai tambah; tidak hanya sekedar membahas masalah akademik murni.
Kegiatan yang dilakukan, diupayakan dapat menghasilkan dampak sinergi yang positif, baik dunia akademik secara intern, maupun bagi kehidupan masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat ini pada umumnya. Masalah tersebut dapat diklasifikasikan, secara fakultatif, di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Seperti, untuk Fakultas Ushuluddin, dapat diungkap masalah yang berkenaan dengan konsep ketuhanan orang Sunda. Untuk Fakultas Syari‘ah, dapat diungkap masalah yang berkenaan dengan Hukum Islam dan Pranata Sosial dan lain-lain.
Sebagai contoh, bagaimana hubungan yang terjadi antara penyebaran Islam dengan pelembagaan hukum kewarisan Islam, dapat dilihat dari penelitian Cik Hasan Bisri dkk. (1992). Dengan mengambil kasus Desa di Cinanjung, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, yang dihuni oleh masyarakat petani (peasent society), penelitian ini menggambarkan penyebarluasan dan pelembagaan hukum kewarisan Islam, sebagai rangkaian dari dakwah Islamiah secara kultural, berlangsung hampir bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di desa itu. Proses itu mengalami penyesuaian dan penyelarasan dengan kebudayaan setempat.
Kenyataan demikian terlihat dalam pola distribusi harta peninggalan (tirkah) yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai sumun (Arab: tsumun: seperdelapan). Ia merupakan suatu pemberian dari ahli waris, terutama anak, kepada perempuan (janda) dari harta peninggalan suaminya yang meninggalkan anak atau yang tidak meninggalkan anak. Disebut pemberian, karena menurut ketentuan hukum kewarisan Islam janda itu memiliki hak warisan dari harta peninggalan suaminya.
Oleh karena sumun merupakan suatu pemberian, maka bagian harta yang diperoleh janda itu tidak ditentukan secara pasti. Sedangkan menurut hukum kewarisan Islam, ia merupakan hak janda bila muwarits meninggalkan anak (Q. S. al-Nisa’: 12). Hal ini menunjukkan bahwa antara konsep sumun yang dianut oleh sebagian masyarakat dengan tsumun(seperdelapan) sebagaimana yang dimaksud dalam al-Qur’an berbeda makna, meskipun berasal dari gagasan yang sama. Ia mengalami pencampuran dengan kaidah sosial di dalam masyarakat tersebut.
“Pencampuran” hukum kewarisan Islam dengan kaidah lokal itu tampaknya sederhana. Namun di dalamnya mengandung kerumitan, terutama jika dilihat dari perspektif antropologis dan sosiologis. Dalam perspektif ini, di balik konsep sumun, tersirat keyakinan (kesepakatan tentang benar salah), nilai (kesepakatan tentang baik atau buruk), dan kaidah (kesepakatan tentang apa yang harus dan tidak mesti dilakukan). Dan secara sosiologis tersirat tentang posisi perempuan di dalam keluarga, baik kedudukannya sebagai istri (janda) maupun kedudukannya sebagai ibu. Kedua perspektif itu tercermin dalam sistem kewarisan yang berlaku dalam masyarakat itu.
Uraian di atas menunjukkan, bahwa penyebarluasan dan pelembagaan hukum kewarisan Islam itu telah berlangsung. Hal itu terbukti dengan adanya konsep sumun yang telah dikenal dan melembaga. Walau demikian, penerimaan dan penyelarasan terhadap gagasan itu terpaut dengan sistem sosial yang dianut, yaitu dengan kaidah dan struktur sosial masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan, pola distribusi harta peninggalan mengalami keragaman. Sumun menerima unsur lain, sebagai ‘illat sehingga bersifat luwes. Ia beralih kedudukan, dari hak yang memola menjadi pemberian yang “tidak memola” .
Dari sejumlah ilustrasi di atas, terbuka peluang untuk dilakukan sejumlah penelitian terhadap aspek hukum dan pranata sosial pada masyarakat Sunda di Jawa Barat ini. Penelitian terhadap aspek-aspek lain, seperti telah disebutkan di muka, juga dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Tinggal siapa yang melakukan dan kapan penelitian itu dilakukan? Jawabannya dikembalikan kepada para peneliti, akademisi, atau intelektual yang memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap keislaman dan kesundaan itu sendiri.

7. manusia dan keadilan


 

Buruh Ontrog PN Bandung

 

(Foto: CJ-Vil/reportase.com)

Bandung | reportase.com
Pengadilan Negeri Bandung diontrog oleh ribuan buruh dari berbagai unsur seperti Serikat Buruh Seluruh Indonesia, Forum Serikat Buruh Independen, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Selasa (17/1). Kedatangan mereka untuk meminta keadilan dan perlindungan hukum dari pihak pengadilan.

            Selain itu, mereka datang untuk memantau sidang hakim ad hoc PHI yang diduga melakukan gratifikasi Imas Dianasari, yang hari ini menjalani sidang dengan agenda duplik. Sebagian peserta unjuk rasa memasuki ruang sidang tempat Imas diadili.
Unjuk rasa ini mengakibatkan jalur lalu lintas menuju PN Bandung dialihkan sebagian. Dari arah Jalan  Martadinata menuju ke arah Jalan Citarum dialihkan melalui Jalan Cihapit.

            Sekitar pukul 10.55 WIB sebagian buruh berangsur pergi menuju PHI Bandung yang berada di Jalan Soekarno Hatta untuk memantau sidang dengan agenda putusan sela. Salah satu orator berjanji akan membawa massa lebih banyak seusai sidang di pengadilan yang berafiliasi dengan PN Bandung tersebut. (CJ-Vil)

6. manusia dan kegelisahan


UN dan kegelisahan siswa………

  Pernahkah kita sadari bahwa hari-hari menjelang dilaksanakan ujian nasional (UN) banyak siswa yang gelisah serta merasa terganggu dengan aneka ragam polemik dan kritikan? Mereka khawatir dan waswas terhadap isu terjadinya kecurangan benar-benar bakal terjadi. Lantas buat apa selama ini mempersiapkan diri menghadapi UN dengan belajar di sekolah, mengikuti les tambahan, dan bimbingan belajar jika pada akhirnya terkalahkan dengan praktik curang. 

    SETIAP menjelang pelaksanaan UN tidak pernah lepas dari polemik dan berbagai macam kritikan. Jika tahun lalu polemik berkisar perlu dan tidaknya UN dilaksanakan karena banyak pihak yang menilai pemborosan anggaran, membutuhkan biaya triliunan rupiah. Juga tidak sedikit pihak yang mempertanyakan tugas Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), jika kelulusan siswa harus ditentukan melalui UN dan beragam kritikan lain. Meski begitu, toh UN tetap dilaksanakan. Tahun ini, polemik tersebut tidak ada lagi. Yang muncul akhir-akhir ini adanya kekhawatiran bakal terjadi penyimpangan UN. Baik yang dilakukan oleh peserta ujian, para pengawas, maupun para guru sendiri termasuk kepala sekolah.
    Penyimpangan yang dimaksud meliputi kebocoran soal, beredarnya kunci jawaban, pengubahan kertas jawaban usai pelaksanaan UN, dan aneka ragam penyimpangan lainnya. Sebagai akibat dari penyimpangan tersebut muncul rasa ketidakadilan, seperti ada sekolah yang kurang bermutu dan diperkirakan jumlah kelulusannya rendah, ternyata justru sebaliknya, semua lulus. Sebaliknya, sekolah yang dianggap unggul, ternyata banyak siswanya yang tidak lulus. Ada juga yang mengaitkan kelulusan sekolah dengan kebijakan politik daerah setempat. Konon ada pimpinan daerah yang sudah memasang target agar kelulusan UN mencapai presentase tertentu.
    Akibatnya, kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah harus bekerja keras agar target yang diinginkan kepala daerah tersebut dapat dicapai. Karena jika target tidak terpenuhi dikhawatirkan jabatannya akan di copot, karena jabatan kepala dinas dan kepala sekolah ditentukan oleh kepala daerah. Jujur harus diakui bahwa hasil UN bukan saja menjadi kebanggaan sekolah, tapi juga pemerintah daerah.
    Bahkan lebih dari itu, hasil UN akan menjadi penentu terhadap kelangsungan hidup sekolah yang bersangkutan. Pendek kata, kelulusan UN masih menjadi kebanggaan dan sebagai tolok ukur prestasi bagi semua pihak yang terlibat di dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Semua pihak tentu setuju, apapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah perlu untuk di evaluasi, terlebih yang berkaitan dengan dunia pendidikan, agar dapat diketahui sejauh mana kegiatan itu berhasil memenuhi target yang diinginkan.
    Sayangnya, dalam melontarkan polemik dan kritik banyak pihak yang tidak mempertimbangkan dampak negatif bagi para siswa yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian. Harus disadari bahwa saat ini banyak para siswa yang mengaku terganggu dengan gencarnya pemberitaan di media masa, khususnya terkait dengan isu kebocoran soal dan kunci jawaban tadi.
    Meski baru sebatas kekhawatiran dan belum tentu terjadi, namun secara psikologis telah berpengaruh terhadap konsentrasi para siswa, khususnya mereka yang telah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian. Untuk mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya penyimpangan, Menteri Pendidikan Nasional telah mengambil kebijakan dengan menggandeng perguruan tinggi menjadi pengawas ujian nasional dan juga melibatkan pihak-pihak keamanan. Untuk mengatasi persoalan ini sesungguhnya bukan hal yang sulit, karena alur perjalanan distribusi dokumen UN sudah jelas, sejak dari pencetakan naskah, proses pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian ke sekolah-sekolah.  Kuncinya hanya satu, masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN memiliki komitmen moral untuk menciptakan UN yang benar-benar bersih.
    Sebaliknya, seketat apapun pengawalan dan pengawasan dilakukan, bahkan jika perlu naskah tersebut di simpan di kantor Polisi, namun jika komitmen moral itu sudah tidak ada maka penyimpangan sangat mudah untuk dilakukan. Maka yang terpenting bukan pada proses pengawasan dan sistem pengamanannya, namun mental manusianya. Ada baiknya semua pihak untuk tidak memperpanjang polemik yang mau tidak mau akan berakibat negatif terhadap anak-anak bangsa yang sedang menghadapi ujian. Toh tidak ada jaminan jika penyimpangan itu benar terjadi bakal ada tindak lanjut berupa penerapan sanksi, baik sanksi administrasi maupun hukum.
    Betapa banyak penyimpangan yang terjadi selama ini khususnya di lembaga pendidikan, seperti dana bantuan operasional sekolah (BOS), dana alokasi khusus (DAK), pemalsuan ijazah dan kegiatan pendidikan lainnya, nyatanya semua hilang begitu saja. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini? Mengapa tiba-tiba saja UN bagaikan sesuatu yang gawat dan menakutkan bagi sebagian besar para orang tua, guru dan juga siswa? Kebijakan Pemerintah yang salah atau wujud dari ketidaksiapan anak-anak kita? Dan masih banyak pertanyaan lain yang merupakan bentuk dari kebingungan masyarakat dalam mengikuti polemik ini, karena sejak jaman dulu setiap yang bersekolah pasti mengalami ujian.
    Penulis justru berpikir lain, apakah  ujian  seperti itu memang masih relevan dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Dulu di saat ilmu pengetahuan dan informasi masih terbatas, maka kecakapan para siswa harus di ukur atau dievaluasi dari seberapa banyak bahan pelajaran yang berhasil dikuasai dan dihafalkan. Sekarang ini informasi dan ilmu pengetahuan telah terbuka melalui internet dan dapat diakses dengan mudah oleh para siswa, sehingga jika ujian dilaksanakan seperti itu, maka beban yang harus ditanggung oleh para siswa akan menjadi semakin berat.
    Mestinya sejalan dengan perubahan zaman, maka cara menguji dan mengevaluasi prestasi siswa juga ikut di ubah, bukan lagi menghafal materi pelajaran, namun menjadi seberapa jauh para siswa sanggup beradaptasi dengan kecepatan terhadap membanjirnya informasi dan ilmu pengetahuan itu. Saat sekarang ini yang diperlukan adalah kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama, seberapa pintar para siswa membangun dan melakukan kerja sama untuk mendapatkan temuan hal-hal baru. Maka yang perlu dikhawatirkan saat ini, jangan sampai produk pendidikan  hanya berhasil memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat rendahan dan tidak mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman, akibat dari penerapan pendidikan yang kurang tepat.
Beri Motivasi Siswa
    Hal yang penting untuk dilakukan saat ini adalah memberikan motivasi kepada para siswa bahwa UN bukanlah hantu yang harus ditakuti. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang. Bila seseorang memiliki motivasi tinggi maka seberat apapun tantangan yang ada di hadapannya akan mampu diatasi. Karena itu, menumbuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa adalah langkah awal yang harus dilakukan. Tentu saja tidak mudah untuk menumbuhkan motivasi atau gairah belajar yang tinggi. Bagi sekolah unggul, jauh-jauh hari telah melakukan pendekatan khusus dengan pengklasifikasian siswa dari siswa yang memiliki high motivation sampai low motivation, untuk selanjutnya dibuat progress report.
    Semua pihak dituntut untuk memahami faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar. Di antaranya, lingkungan sekitar, sarana belajar, dan cara belajar. Lingkungan sekitar meliputi orang tua, guru dan teman. Kepada siswa harus kembali diyakinkan bahwa dalam menentukan kelulusan bukan hanya dari nilai UN, tetapi juga nilai-nilai ujian sekolah. Meski UN tahun ini lebih ringan dibandingkan dengan tahun yang lalu, para siswa tetap harus melakukan persiapan, khususnya mempersiapkan mental agar tidak down saat ujian nanti. Hal yang tidak kalah penting adalah support dari orang tua dan orang-orang terdekat.
    Banyak orang tua yang bersikap apatis terhadap proses pendidikan anak, dengan alasan sibuk dan berbagai alasan lainnya. Orang tua yang bijak tentu akan meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak yang akan menghadapi ujian. Komunikasi yang disertai dengan doa dari orang tua akan menjadi modal dan kekuatan yang maha dahsyat bagi si anak dalam menghadapi setiap tantangan, termasuk ujian nasional. Hampir sebagian besar anak meyakini bahwa doa dari orang tua dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperteguh keyakinan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang pada awalnya penuh ragu.
    Hipnosis motivasi juga merupakan hal yang sangat positif karena waktunya sangat tepat di saat anak akan menghadapi ujian nasional. Hari-hari ini bukanlah saat yang tepat menuntut anak agar mengurung diri untuk belajar. Justru yang diperlukan mereka saat ini adalah suasana tenang, santai dan harmonis di tengah keluarga. Untuk menghilangkan kejenuhan, tidak ada salahnya jika orang tua mengajak anak keluar rumah walau hanya sekedar menghirup udara segar.
    Seyogyanya para orang tua perlu memahami bahwa pendidikan harus mampu memunculkan tiga kesadaran bagi anak, yakni kesadaran bertujuan, kesadaran berprestasi dan kesadaran berefleksi terhadap dirinya sendiri. Kita tentu berharap agar pelaksanaan UN tahun ini dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi siswa, tidak hanya mendapat nilai yang sesuai dengan standar kelulusan, tapi juga merasakan bagaimana sikap harus bekerja keras untuk memperoleh sesuatu dalam kemandirian. Kepada putra-putri bangsa yang akan menempuh UN selamat berjuang untuk menggapai sukses dan masa depan. 





OPINI : bahas UN memang negangin, karena saya sudh merasakan 2x , apalagi saat menunggu hasil, mau copot jantung rasanya karena benar – benar bikin strezzz. memang UN adalah akhir dari kegiatan kita saat menjadi siswa, disitu ujung dari semua kegiatan yang kita lakukan sisekolah, namun kegelisahan yang bukan main – main, karena apapun hasil jawaban dari kita akan menentukan masa depan kita kedepannya, jika lulus maka akan duduk dibangku baru, tapi jika sebaliknya tidak lulus harus mengulang dan manenggung malu pada semua orang, tentunya kita tidak ingin kan mengecewakan orang tua.
            Maka dari itu, sebelum melaksanakan UN, kita harus benar – benar mempersiapkan diri, supaya diri kita benar – benar siap saat melaksanakn UN, dan kita harus yakin bahwa kita pasti bisa.


5. manusia dan harapan



Sukses Meraih Cita-Cita

Sukses meraih cita-cita, apalagi cita-cita besar adalah impian semua orang. Termasuk orang pesimis. Sebenarnya mereka memiliki cita-cita besar, namun karena sikapnya yang pesimis, mereka mengubur dalam-dalam cita-cita tersebut. Anda melupakan cita-cita Anda? Jika ya, silahkan baca artikel ini akan saya jelaskan bagaimana Anda bisa sukses meraih cita-cita Anda.
Metode yang akan dijelaskan sudah terbukti. Jika Anda mengikutinya, insya Allah Anda akan sukses meraih cita-cita Anda. Sebesar apa pun cita-cita Anda. Tidak usah pesimis, tidak usah takut.
Dua artikel sebelumnya sangat fundamental, Anda harus membacanya karena sangat berkaitan dengan artikel ini. Tentu saja artikel-artikel lainnya pun yang ditulis di Motivasi Islami sangat bermanfaat agar Anda sukses meraih cita-cita Anda.
Dua artikel terakhir tersebut adalah:
  1. Anda Akan Menemukan Jalan Sukses
  2. Mimpi Masa Kini Adalah Kenyataan Hari Esok
Pada kali ini saya akan membahas 3 syarat yang harus Anda miliki agar Anda tetap berusaha, tetap bertindak, dan tetap berjuang untuk meraih cita-cita Anda. Karena inilah kunci Anda mencapai cita-cita, yaitu tidak berhenti. Ketiga syarat dibawah ini akan menjadikan diri Anda tidak bisa dihentikan oleh apa pun dan siapa pun kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Menjaga Keyakinan Bahwa Anda Akan Sukses Meraih Cita-cita
Seperti disebutkan dalam ebook Beautiful Mind Power, ada 3 dimensi keyakinan yang harus Anda miliki dan jaga. Selama ketiga keyakinan ini Anda miliki, Anda tidak akan pernah berhenti, Anda akan tetap optimis, sehingga Anda akan tetap bergerak.
Apa ketiga dimensi keyakinan itu?
  1. Yakin kepada diri sendiri, bahwa Allah sudah memberikan potensi yang cukup untuk meraih cita-cita Anda.
  2. Yakin bahwa cita-cita Anda bisa Anda raih. Meski terlihat sulit dan berat, tetapi Anda harus yakin bahwa cita-cita itu mungkin digapai oleh Anda. Kriterianya mudah saja, jika ada orang lain yang sudah mencapainya (kecuali para Nabi), maka Anda akan bisa mencapainya.
  3. Yakin bahwa Allah akan membantu dan menolong Anda.
Menjaga Fokus Anda Pada Cita-cita
Saat Anda kehilangan fokus, sama saja Anda kehilangan energi. Bukan tidak ada energi, tetapi energi Anda akan menjadi buyar dan tidak cukup lagi untuk mencapai cita-cita Anda. Bagaimana pun hebatnya Anda, tetap saja manusia yang serba terbatas. Kita tidak bisa memiliki segalanya. Waktu dan sumber daya Anda terbatas. Untuk itulah Anda harus menjaga fokus Anda dalam meraih cita-cita.
Anda harus memiliki sistem agar Anda tetap fokus pada cita-cita Anda. Bisa saja itu adalah seorang mentor yang membimbing serta mengarahkan Anda pada cita-cita Anda. Bisa jadi gambar atau benda yang mengingatkan Anda untuk fokus pada tujuan. Atau apa pun yang bisa Anda lakukan agar Anda tetap fokus.
Tentu saja, yang dimaksud fokus disini bukan berarti harus melupakan hal lain. Ibadah-ibadah harian jelas tidak boleh dilupakan oleh fokus kita meraih cita-cita. Fokus disini artinya Anda harus memberikan waktu khusus untuk meraih cita-cita dan Anda konsentrasi saat bekerja.
Misalnya, tetapkan berapa lama waktu yang Anda alokasikan untuk meraih cita-cita Anda. Kapan jadwalnya. Alokasi waktu tentu harus sesuai dengan besarnya cita-cita yang Anda miliki. Jika Anda memiliki cita-cita besar, tentu waktu yang diperlukan akan semakin banyak. Tetapi jangan khawatir, Anda bisa mencapai cita-cita yang besar dengan waktu yang lebih sedikit jika Anda menerapkan konsep Revolusi Waktu dan Daya Ungkit.
Jagalah Motivasi
Motivasi adalah energi. Motivasi seperti bahan bakar pada kendaraan Anda. Jika tidak ada motivasi, maka Anda tidak akan bisa bergerak meraih cita-cita Anda.Bagaimana jika motivasi habis atau turun? Maka Anda harus mengisinya lagi. Jika motor Anda kehabisan bensin, maka Anda harus mengisinya kembali. Jika HP Anda kehabisan listriknya, maka Anda harus men-charge-nya lagi.Untungnya, motivasi tidak perlu bayar atau beli. Anda bisa membangkitkan motivasi Anda kapan pun Anda mau. Energi dalam diri Anda bisa bangkit kembali jika Anda mau membangkitkannya.Selama ada motivasi, Anda akan terus bergerak. Jika bergerak, dan arahnya tepat, cepat atau lambat Anda akan mencapai tujuan.Jadi Anda akan sukses meraih cita-cita jika Anda Anda menjaga keyakinan, menjaga fokus Anda, dan menjaga motivasi Anda.
OPINI : menurut saya, meraih cita -  cita itu wajib untuk semua orang, karena cita – cita adalah harapan dari kecil supaya nantinya bisa menjadi sperti yang diinginkan. Misalnya seseorang ingin menjadi presiden, maka dia harus mulai meniatkan usaha dan tekadnya, tetapi meraih cita – cita itu tidaklah gampang, karena semua itu benar – benar btuh usaha yang keras, dan hanya orang yang berusahalah yang bisa meraih cita – cita, yang tidak pernah putus asa, dan selalu mau mencoba, semakin tinggi cita – cita kita, maka semakin besar usaha yang akan kita lakukan. Maka dari itu, kejarlah cita – citamu, karena kamu tidak akan pernah menyangka jika dirimu telah bisa menggapai cita – citamu dari kecil.

Sabtu, 12 Mei 2012

4. manusia dan tanggung jawab



Tanggungjawab Orang Tua dalam Keluarga


1-keluarga
Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini arus kehidupan dikemudikan oleh orang tua. Alam mempercayakan pertumbuhan serta perkembangan anak pada mereka. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tuadikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.
Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya, atau pada segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian.
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-­anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Keluarga adalah koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya ini berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak. Adakalanya orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya. Orang tua menjadi faktor terpenting dalam menanamkan dasar  kepribadian tersebut yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa.
Dari uraian di atas, inti utamanya adalah bahwa orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarganya masing-masing mengingat perintah Allah SWT dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Q.S. at Tahrim : 6)
Opini : orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarga, terutama kepada anak – anaknya, mereka wajib mengasuh, membimbing, memelihara, dan mendidik terhadap anak-anaknya supaya anak tersebut menjadi anak yang berguna untuk semua. Namun sebagai seorang anak, kita tidak boleh melawan perkataannya, menykiti hatinya, kita harus membuat orang tua kita bahagia atas kehadiran kita, supaya semua yang telah dilakukan selama bertahun – tahun terhadap kita tidak sia – sia. Dan tumbulah menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.

3. manusia dan penderitaan



DI BALIK KEHIDUPAN PENGEMIS MALIOBORO

7 05 2012
DI  BALIK  KEHIDUPAN
  PENGEMIS  MALIOBORO
Berita Utama
Keindahan kota Jogja, khususnya di daerah Malioboro sebagai jantuk perekonomiankota Jogja yang di bilang sangat maju dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Namun apabila kita amati, tak sedikit para pengemis duduk di depan emperan toko atau bahkan di tepi trotoar untuk meminta-minta, sungguh ironi, Kenapa mereka meminta-minta ? Bagaimanakan kehidupan pengemis sebenarnya ?      
         “Kami ingin bebas! Kami ingin bebas dari ketidakadilan, kemiskinan, lapar dan rasa takut! Kami ingin bebas dari perlakuan sewenang-wenang! Kami berharap untuk bisa berbahagia!”,tutur pria yang sering di sapa Slamet. Seorang pengemis yang sering mangkal di kawasan maliobori ini mejelaskan bahwa, kebebasan kami hanya dapat diperoleh bila orang di sekitar kami merasa bebas.
          Kami hanya dapat merasa bahagia apabila orang disekitar kami pun merasa bahagia. Kami hanya bisa nyaman, apabila orang-orang yang kami temui dan kami lihat di dunia ini merasa nyaman. Dan kami hanya dapat makan dengan nyaman apabila orang lain juga dapat merasa nyaman dengan makan seperti kami. Dan untuk alasan tersebut, dari diri kami sendiri, kami memberontak menantang setiap bahaya yang mengancam kebahagiaan dan kebebasan kami”, tegasnya .
            Pria yang hampir separuh baya ini menjelaskan bahwa, Ketika ada razia, bukannya di rehabilitasi dengan baik untuk mendapat perlindungan, Namun yang diberikan pada kawan-kawan pengemis  adalah Sat Pol PP sering melakukan tindakan razia dengan kekerasan, terutama di wilayah Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sampai saat ini”, tuturnya
        “Berdasarkan info yang saya tahu dari kawan-kawan pengemis, ada  kawan-kawan pengemis yang dirazia oleh Sat Pol PP Sleman dan Jogja, dimana  mereka  mengaku mengalami kekerasan fisik (dipukuli), digabur (dilepas sembarang tempat) di daerah Besi dan Kalasan, dan bahkan ada yang uang hasil meminta-mintanya di ambil oleh petugas sat pol PP.
            Di tempat terpisah, Salah seorang pengakuan  pengemis, Sumiyati ( 69 tahun ), di usianya yang telah senja, ia menjelaskan bahwa sebuah keterpaksaan ketika dirinya menjadi pengemis, karena dirinya tak punya pilihan lain selain menjadi seorang pengemis. Fisiknya yang sudah rentang, mengharuskan dia menjadi seorang pengemis.
      Tiap harinya Sumiyati, tidur di pasar Bregharjo, bersama buruh gendong, dan juga pengemis yang lain. Nenek yang mengemis sejak 5 tahun yang lalu, mengaku bahwa sehari rata-rata dirinya hanya mendapat 6 ribu – 8 ribu, dan untuk makan sehari-hari, dirinya hanya membeli nasi bungkusan seribuan.
       Sumiyati, “Saya ingin pemerintah adil dalam menangani masalah pengemis seperti saya, yang saya tahu, bahwa  tiap warga negara berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, namum pada kenyataannya saya sama sekali tidak medapat keadilan, saya merasa sekarang hidup tidak adil, karena yang kaya semakin kaya, dan yang miskin seperti saya semakin terpinggirkan”
      Nenek asli Surabaya ini mengaku, bahwa dirinya Pernah sekali di razia, namun dirinya sangat tidak betah tinggal di  tempat rehabilitas, karena terlalu banyak aturan, sedangkan saya ini sudah tua, saya ingin hidup tenang dan lebih senang seperti sekaran ini”, tuturnya dengan pasrah.
        Di tempat terpisah, Slamet kembali menjelaskan bahwa, Pemerintah juga mengalami kegagalan dengan berbagai proyek-proyek yang seringkali atas nama rehabilitasi, Sebagai contoh, pengalaman kawan-kawan saya yang sering terkena razia kemudian dibawa ke panti sosial, bahkan mereka selau mengalami kekerasan fisik dan psikis, mereka di panti sosial tidak ada pemberdayaan sama sekali, bahkan mengalami nasib yang sangat menyedihkan dan diperlakukan sewenang-wenang, seperti saat di panti sosial kawan-kawan dicampur dengan orang-orang yang mengalami permasalahan dengan kegilaan.
      Kalaupun ada rehabilitasi berupa pemberdayaan, hal ini banyak sisi kelemahannya karena kawan-kawan setelah program pemberdayaan selesai maka urusan dinas sosial pun selesai, mereka tetap dibiarkan dan tersingkir dari arena kompetisi kerja. Indikator kegagalan program rehabilitasi yang lain bisa terlihat dari pengemis jalanan yang sudah berkali-kali terkena razia, berkali-kali masuk panti sosial namun mereka tetap kembali mencari rezeki di jalanan, bahkan jumlah penduduk yang mengalami kemiskinan  dan memilih mengais rezeki dari jalanan semakin besar. Artinya, ini ada fakta-fakta yang seharusnya bisa membuka mata para pejabat  dan bisa berkoreksi !, tegasnya.
       Namun di sisi lain, ketika  masyarakat Jogja bicara soal pengemis, banyak yang mengalami Pro dan Kontra atas keberadaan pengemis di kawasan Malioboro. Sebut saja Bram, mahasiswa UMY ini menggagap bahwa, Saya merasa tidak begitu terganggu dengan adanya pengemis di sekitar malioboro, karena saya merasa bahwa mereka juga manusia, dan saya yakin bahwa mereka mengemis karena mereka tidak punya pilihan lain. Mahasiswa yang akan  merampungkan skipsinya ini kembali menegaskan bahwa,
       Seharusnya mereka di rehabilisasikan, di beri ketrampilan, dan lebih baik lagi apabila mereka di beri pinjaman modal untuk buka usaha kecil-kecilan sesuai dengan bakat mereka masing-masing, tegas Bram (24) Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
      Pendapat lain, di tuturkan oleh Tutut (14) siswi SMP 1 Bangun Papan, Jogja,  “Sangat Terganggu!”, adalah jawaban pertama ketika di tanya soal keberadaan pengemis di sekitar kawasan Malioboro. Saya di satu sisi kadang juga kasihan, namun disisi lain saya sangat terganggu dengan keberadaan pengemis di kawasan Malioboro, karena bagi saya malioboro merukapan salah satu icon objek wisata kota Jogja, yang harus di jaga kebersihannya!, tegasnya dengan wajah polos. “Menutut saya, pemerintah DIY harus lebih tegas dalam menangani masalah pengemis, karena bagaimanapun juga, ini sangat mengganggu ketenangan dan kenyamanan pengunjung, tegasnya.
      Sekilas kehidupan pengemis dan juga tanggapan dari masyarakat Jogja di atas. Akankah Pemerintah DIY akan tinggal diam dalam menangani masalah ini? Kita tunggu saja !!
Profil Pengemis
KETIKA  PENGEMIS  BERBICARA

Berita pendukung
            Tua dan Rentang, adalah kesan pertama  ketika melihat sosok nenek tua, di pojok trotoar Malioboro, Dengan wajah kusamnya, nenek tua itu duduk sambil menunggu orang yang lalu-lalang, dan berharap memberinya uang. Sungguhkan ia seorang pengemis atau perampok bertopeng pengemis ?, bagaimana ketika pengemis itu bicara ?

             Sumiyati ( 69 tahun ), di usianya yang telah senja, ia menjelaskan bahwa sebuah keterpaksaan ketika dirinya menjadi pengemis, karena dirinya tak punya pilihan lain selain menjadi seorang pengemis. Fisiknya yang sudah rentang, mengharuskan dia menjadi seorang pengemis.
        Nenek asli Surabaya ini, mengaku bahwa dirinya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, suaminya yang telah meninggal sejak tahun 2005 lalu, dan dirinya juga tidak memiliki anak, bahkan sodara laki-laki satu-satunya pun telah meninggal sepuluh tahun yang lalu.
           Tiap harinya Sumiyati, tidur di pasar bregharjo, bersama buruh gendong, dan juga pengemis yang lain. Nenek yang mengemis sejak 5 tahun yang lalu, mengaku bahwa sehari rata-rata dirinya hanya mendapat 6 ribu – 8 ribu, dan untuk makan sehari-hari, dirinya hanya membeli nasi bungkusan seribuan. Dirinya bersyukur, tidak sakit-sakitan, walaupun dia harus kedinginan dan tidak memiliki apa-apa, namum dia berusaha menjaga dirinya yang ringkih dengan sabuah selendang pemberian orang pada saat hari raya idul fitri tahun lalu.
          Nenek yang  tiap harinya  muali mangkal di tepi trotoar Malioboro ini mengaku bahwa ia mulai mengemis dari jam 3 sore hingga 10 malam, namum bila hari jumat, ia mulai mengemis dari jam 10 pagi hingga 5 sore.
          Pernah sekali di razia, namun dirinya mengaku sangat tidak betah tinggal di  tempat rehabilitas, karena terlalu banyak aturan, sedangkan saya ini sudah tua, saya ingin hidup tenang dan lebih senang seperti sekaran ini”, tuturnya dengan pasrah.
          Sumiyati, “saya ingin pemerintah adil dalam menangani masalah pengemis seperti saya, yang saya tahu, bahwa  tiap warga negara berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, namum pada kenyataannya saya sama sekali tidak medapat keadilan, saya merasa sekarang hidup tidak adil, karena yang kaya semakin kaya, dan yang miskin seperti saya semakin terpinggirkan”, katanya dengan berlinangkan air mata.
         “Bila melihat teman-teman yang lain, seperti buruh gendong di pasar Brengharjo, saya juga merasa ingin seperti mereka, namun tubuh saya yang rentang tak mungkin lagi mampu mengangkat beban berat seperti mereka, terangnya.
         Saya juga merasa kasihan dengan teman-teman pengemis yang senasip dengan saya, Jadi saya berharap, jangan ada lagi pengemis seperti saya, karena saya tidak ingin ada orang lain yang merasakan penderitaan seperti saya sekarang ini . Tegasnya dengan rauk muka penuh kesenduan.