Rabu, 06 Juni 2012

8. manusia dan pandangan hidup



Pandangan Hidup Orang Sunda (prosa)


Orientasi nilai budaya manusia dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial serta penelitian tentang sampai dimanakah nilai budaya itu bisa menghambat atau mendorong pembangunan nasional, dapat dilakukan dengan menggunakan konsep dasar tertentu. Konsep dasar yang dipakai adalah konsep sistem nilai budaya (cultural values), Dengan demikian, sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidup.
Cara berbagai kebudayaan di dunia itu, dalam mengonsepsikan masalah tersebut bisa berbeda-beda. Meski dipahami bahwa kemungkinan untuk bervariasi itu terbatas adanya. Seperti pada masalah pertama, ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakikatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan dan karena itu harus dihindari. Kebudayaan-kebudayaan yang terpengaruh agama Budha misalnya, dapat disangka mengonsepsikan hidup itu sebagai suatu hal yang buruk. Pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk menuju ke arah tujuan untuk bisa memadamkan hidup itu dan meremehkan segala tindakan yang hanya mengekalkan rangkaian kelahiran kembali.
Adapun kebudayaan lain memandang hidup manusia itu pada hakikatnya merupakan suatu hal yang baik. Ada pula yang memandang hidup manusia itu pada hakikatnya buruk, tetapi manusia dapat mengusahakan untuk menjadikan hidup itu suatu hal yang baik dan menggembirakan. Masalah kedua, ada kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup. Kebudayaan lain menganggap tujuan dari karya manusia itu untuk memberikan kepadanya suatu kedudukan dalam masyarakat. Ada juga kebudayaan yang menganggap karya manusia itu sebagai gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Masalah ketiga, ada kebudayaan yang memandang bahwa masa lampau adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam kebudayaan seperti itu, orang akan sering mengambil, dalam tindakannya, sejumlah contoh dan kejadian dalam masa lampau itu. Sebaliknya, ada pula kebudayaan yang hanya punya suatu pandangan waktu yang sempit. Manusia dari suatu kebudayaan serupa itu, tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan masa yang lampau maupun masa yang akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini. Kebudayaan lain justru mementingkan pandangan yang berorientasi sejauh mungkin terhadap masa yang akan datang. Dalam kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat penting.
Masalah keempat, ada kebudayaan yang memandang alam itu suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia itu pada hakikatnya hanya bersifat menyerah, tanpa ada banyak yang dapat dilakukan. Sebaliknya ada pula kebudayaan lain yang memandang alam itu suatu hal yang bisa dilawan oleh manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukkan alam. Kebudayaan lain menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam.
Masalah kelima, ada kebudayaan yang amat mementingkan hubungan vertikal antara manusia dan sesamanya. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam suatu kebudayaan serupa itu, akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-orang senior, atau orang-orang atasan. Kebudayaan lain lebih mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya.
Orang yang berada dalam kebudayaan itu akan sangat merasa bergantung kepada sesamanya dan akan upaya memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesamanya merupakan suatu hal yang amat terpuji. Kebudayaan lainnya tidak membenarkan anggapan bahwa manusia harus tergantung orang lain dalam hidupnya. Kebudayaan seperti itu, yang amat mementingkan individualisme, menilai tinggi anggapan bahwa manusia itu harus berdiri sendiri dalam hidupnya dan sedapat mungkin mencapai tujuannya dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain .
A. Pandangan Hidup Orang Sunda
Disebutkan bahwa pandangan hidup orang Sunda itu terbagi kepada tiga bagian. Bagian pertama tecermin dalam tradisi lisan dan sastra Sunda yang berasal dari kalangan lapisan atas (elite).
Asilnya disimpulkan bahwa pandangan hidup orang Sunda itu terdiri atas: (1) manusia sebagai pribadi; (2) manusia dengan masyarakat; (3) manusia dengan alam; (4) manusia dengan Tuhan; dan (5) manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin. Penelitian ini sampai pada adanya dua pandangan, yaitu yang pertama, pandangan yang membagi manusia menjadi dua golongan ialah golongan penguasa dan golongan rakyat, sedangkan yang kedua, tidak membedakan apakah seseorang itu termasuk penguasa ataukah bukan sehingga berlaku umum.
Dari analisis terhadap bahan-bahan yang diteliti itu dapat diidentifikasikan sejumlah sifat khas yang dianggap baik dan tidak baik oleh orang Sunda. Semuanya digolongkan kepada empat kategori besar, yaitu (1) akal; (2) budi; (3) semangat; dan (4) tingkah laku.
Dalam kategori akal yang dianggap baik ialah sifat-sifat pintar, pandai, cerdas, cerdik, arif, berpengalaman luas, dan menjunjung tinggi kebenaran, sedangkan yang tidak baik adalah bodoh, banyak bingung, suka bohong, membenarkan yang bohong, pandai membohongi orang, dan terlalu benar (dalam pengertian tidak surti). Dalam kategori budi ada 31 macam sifat yang baik, antara lain jujur, suci, punya pendirian, takwa, tidak takabur, siger tengah (tidak ekstrem), bageur(orang baik), bijaksana, berjiwa kerakyatan, punya rasa malu, taat pada orang tua, punya harga diri, setia, bisa dipercaya, dll. Sementara sifat yang tidak baik antara lain, pendendam, tidak berperasaan, tidak punya rasa malu, tidak tahu berterima kasih, dan takabur.
Dalam kategori semangat, sifat yang dipandang baik ada 18 macam, antara lain punya idealisme, sabar, percaya kepada takdir, tabah, punya semangat belajar, mau berikhtiar, rajin, lebih baik mati daripada hidup hina, berani, bersifat satria, ulet, tahan godaan, khusuk dalam berdoa, sedangkan yang dianggap tidak baik, antara lain merasa tidak berdaya, menyiksa diri sendiri, pengecut, penakut, serakah, dan menyalahgunakan kedudukan.
Dalam kategori tingkah laku, sifat yang dianggap baik ada 38 macam, antara lain, sederhana, matang perhitungan, suka menolong, sopan, waspada, teliti, tahu diri, ramah, tidak licik, menepati janji, hemat, tidak banyak bicara, punya keterampilan, dan lain-lain. Sementara sifat yang tidak baik ada 59 macam, antara lain, suka menonjolkan diri, sombong, berpakaian berlebihan, malas, tidak mau berusaha, suka bertengkar, suka mencuri, dengki, menipu, licik, pencemburu, dijajah materi, cerewet, bicara sembarangan, usilan terhadap orang lain, suka menasihati orang lain, tidak menghargai orang lain, selingkuh, boros, dan lain-lain.
Peneliti pun mengidentifikasikan pandangan hidup orang Sunda tentang hubungan manusia dengan masyarakat (pergaulan antarjenis, pergaulan dalam lingkungan keluarga dalam masyarakat luas). Tentang hubungan manusia dengan alam (alam nyata, dan alam gaib) diidentifikasikan bahwa orang Sunda memandang lingkungan hidupnya bukan sebagai sesuatu yang harus ditundukkan, melainkan harus dihormati, diakrabi, dipelihara, dan dirawat. Sementara tentang manusia dengan Tuhan (menurut uga dan menurut adat istiadat) dapat diidentifikasikan bahwa meskipun sekarang umumnya memeluk agama Islam, masih banyak kepercayaan pra-Islam yang masih menjadi pegangan walaupun hasil analisis data menyimpulkan bahwa orang Sunda amat mengakui akan kekuasaan Tuhan.
Pada penelitian tersebut, pandangan hidup orang Sunda tercermin dalam kehidupan masyarakat Sunda dewasa ini.  penelitian tahap  ini dilakukan dengan mengadakan kuesioner terhadap orang Sunda di enam wilayah, yaitu 4 wilayah pedesaan (Sukabumi, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya) dan 3 wilayah kota (Cianjur, Sumedang, Bandung). Pertanyaan yang diajukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya berkenaan dengan pandangan orang Sunda mengenai, (1) manusia sebagai pribadi, (2) manusia dengan Tuhan; (3) manusia dengan alam; dan (4) tentang mengejar kemajuan lahir dan kepuasaan batin.
Untuk mengetahui apakah terjadi pergeseran atau tidak terhadapnya, hasil angket itu ternyata menunjukkan bahwa pada umumnya terjadi pergeseran dalam setiap aspek yang ditanyakan. Akan tetapi tidak terjadi perubahan yang besar. Pandangan hidup berkenaan dengan manusia sebagai pribadi, dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin, dapat dikatakan tetap. Perubahan terjadi pada aspek manusia dengan alam dan manusia dengan masyarakat, tetapi itu pun tidak sama dalam semua hal, tergantung wilayah dan aspeknya. Tak tampak perbedaan yang mencolok antara pandangan hidup orang Sunda dewasa ini. Dengan tetap berakar pada tradisinya, telah dan sedang mengalami pergeseran dan perubahan itu, perubahan mengarah kepada pandangan yang lebih waspada, lebih bertauhid dalam beragama, lebih realistis dalam bermasyarakat dan lebih memahami aturan alam.
B. Perguruan Tinggi Agama Islam dan Islam Sunda
Secara umum, masyarakat Jawa Barat beretnis Sunda dan mayoritasnya pemeluk agama Islam. Berdasarkan hal tersebut dapat dimunculkan sejumlah gagasan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap berkenaan dengan hubungan antara Islam sebagai agama dan Sunda sebagai etnis terbesar di Jawa Barat ini. Untuk menjelaskan hubungan itu pula, banyak aspek yang bisa diteliti.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati Bandung adalah sebuah perguruan tinggi Islam yang terletak di ibu kota Provinsi Jawa Barat. Perguruan tinggi ini, karena mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam di lingkungan masyarakat Sunda, sudah sepantasnya menyadari akan hal tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang didesain perguruan tinggi ini diusahakan agar memiliki nilai tambah; tidak hanya sekedar membahas masalah akademik murni.
Kegiatan yang dilakukan, diupayakan dapat menghasilkan dampak sinergi yang positif, baik dunia akademik secara intern, maupun bagi kehidupan masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat ini pada umumnya. Masalah tersebut dapat diklasifikasikan, secara fakultatif, di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Seperti, untuk Fakultas Ushuluddin, dapat diungkap masalah yang berkenaan dengan konsep ketuhanan orang Sunda. Untuk Fakultas Syari‘ah, dapat diungkap masalah yang berkenaan dengan Hukum Islam dan Pranata Sosial dan lain-lain.
Sebagai contoh, bagaimana hubungan yang terjadi antara penyebaran Islam dengan pelembagaan hukum kewarisan Islam, dapat dilihat dari penelitian Cik Hasan Bisri dkk. (1992). Dengan mengambil kasus Desa di Cinanjung, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, yang dihuni oleh masyarakat petani (peasent society), penelitian ini menggambarkan penyebarluasan dan pelembagaan hukum kewarisan Islam, sebagai rangkaian dari dakwah Islamiah secara kultural, berlangsung hampir bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di desa itu. Proses itu mengalami penyesuaian dan penyelarasan dengan kebudayaan setempat.
Kenyataan demikian terlihat dalam pola distribusi harta peninggalan (tirkah) yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai sumun (Arab: tsumun: seperdelapan). Ia merupakan suatu pemberian dari ahli waris, terutama anak, kepada perempuan (janda) dari harta peninggalan suaminya yang meninggalkan anak atau yang tidak meninggalkan anak. Disebut pemberian, karena menurut ketentuan hukum kewarisan Islam janda itu memiliki hak warisan dari harta peninggalan suaminya.
Oleh karena sumun merupakan suatu pemberian, maka bagian harta yang diperoleh janda itu tidak ditentukan secara pasti. Sedangkan menurut hukum kewarisan Islam, ia merupakan hak janda bila muwarits meninggalkan anak (Q. S. al-Nisa’: 12). Hal ini menunjukkan bahwa antara konsep sumun yang dianut oleh sebagian masyarakat dengan tsumun(seperdelapan) sebagaimana yang dimaksud dalam al-Qur’an berbeda makna, meskipun berasal dari gagasan yang sama. Ia mengalami pencampuran dengan kaidah sosial di dalam masyarakat tersebut.
“Pencampuran” hukum kewarisan Islam dengan kaidah lokal itu tampaknya sederhana. Namun di dalamnya mengandung kerumitan, terutama jika dilihat dari perspektif antropologis dan sosiologis. Dalam perspektif ini, di balik konsep sumun, tersirat keyakinan (kesepakatan tentang benar salah), nilai (kesepakatan tentang baik atau buruk), dan kaidah (kesepakatan tentang apa yang harus dan tidak mesti dilakukan). Dan secara sosiologis tersirat tentang posisi perempuan di dalam keluarga, baik kedudukannya sebagai istri (janda) maupun kedudukannya sebagai ibu. Kedua perspektif itu tercermin dalam sistem kewarisan yang berlaku dalam masyarakat itu.
Uraian di atas menunjukkan, bahwa penyebarluasan dan pelembagaan hukum kewarisan Islam itu telah berlangsung. Hal itu terbukti dengan adanya konsep sumun yang telah dikenal dan melembaga. Walau demikian, penerimaan dan penyelarasan terhadap gagasan itu terpaut dengan sistem sosial yang dianut, yaitu dengan kaidah dan struktur sosial masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan, pola distribusi harta peninggalan mengalami keragaman. Sumun menerima unsur lain, sebagai ‘illat sehingga bersifat luwes. Ia beralih kedudukan, dari hak yang memola menjadi pemberian yang “tidak memola” .
Dari sejumlah ilustrasi di atas, terbuka peluang untuk dilakukan sejumlah penelitian terhadap aspek hukum dan pranata sosial pada masyarakat Sunda di Jawa Barat ini. Penelitian terhadap aspek-aspek lain, seperti telah disebutkan di muka, juga dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Tinggal siapa yang melakukan dan kapan penelitian itu dilakukan? Jawabannya dikembalikan kepada para peneliti, akademisi, atau intelektual yang memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap keislaman dan kesundaan itu sendiri.

7. manusia dan keadilan


 

Buruh Ontrog PN Bandung

 

(Foto: CJ-Vil/reportase.com)

Bandung | reportase.com
Pengadilan Negeri Bandung diontrog oleh ribuan buruh dari berbagai unsur seperti Serikat Buruh Seluruh Indonesia, Forum Serikat Buruh Independen, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Selasa (17/1). Kedatangan mereka untuk meminta keadilan dan perlindungan hukum dari pihak pengadilan.

            Selain itu, mereka datang untuk memantau sidang hakim ad hoc PHI yang diduga melakukan gratifikasi Imas Dianasari, yang hari ini menjalani sidang dengan agenda duplik. Sebagian peserta unjuk rasa memasuki ruang sidang tempat Imas diadili.
Unjuk rasa ini mengakibatkan jalur lalu lintas menuju PN Bandung dialihkan sebagian. Dari arah Jalan  Martadinata menuju ke arah Jalan Citarum dialihkan melalui Jalan Cihapit.

            Sekitar pukul 10.55 WIB sebagian buruh berangsur pergi menuju PHI Bandung yang berada di Jalan Soekarno Hatta untuk memantau sidang dengan agenda putusan sela. Salah satu orator berjanji akan membawa massa lebih banyak seusai sidang di pengadilan yang berafiliasi dengan PN Bandung tersebut. (CJ-Vil)

6. manusia dan kegelisahan


UN dan kegelisahan siswa………

  Pernahkah kita sadari bahwa hari-hari menjelang dilaksanakan ujian nasional (UN) banyak siswa yang gelisah serta merasa terganggu dengan aneka ragam polemik dan kritikan? Mereka khawatir dan waswas terhadap isu terjadinya kecurangan benar-benar bakal terjadi. Lantas buat apa selama ini mempersiapkan diri menghadapi UN dengan belajar di sekolah, mengikuti les tambahan, dan bimbingan belajar jika pada akhirnya terkalahkan dengan praktik curang. 

    SETIAP menjelang pelaksanaan UN tidak pernah lepas dari polemik dan berbagai macam kritikan. Jika tahun lalu polemik berkisar perlu dan tidaknya UN dilaksanakan karena banyak pihak yang menilai pemborosan anggaran, membutuhkan biaya triliunan rupiah. Juga tidak sedikit pihak yang mempertanyakan tugas Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), jika kelulusan siswa harus ditentukan melalui UN dan beragam kritikan lain. Meski begitu, toh UN tetap dilaksanakan. Tahun ini, polemik tersebut tidak ada lagi. Yang muncul akhir-akhir ini adanya kekhawatiran bakal terjadi penyimpangan UN. Baik yang dilakukan oleh peserta ujian, para pengawas, maupun para guru sendiri termasuk kepala sekolah.
    Penyimpangan yang dimaksud meliputi kebocoran soal, beredarnya kunci jawaban, pengubahan kertas jawaban usai pelaksanaan UN, dan aneka ragam penyimpangan lainnya. Sebagai akibat dari penyimpangan tersebut muncul rasa ketidakadilan, seperti ada sekolah yang kurang bermutu dan diperkirakan jumlah kelulusannya rendah, ternyata justru sebaliknya, semua lulus. Sebaliknya, sekolah yang dianggap unggul, ternyata banyak siswanya yang tidak lulus. Ada juga yang mengaitkan kelulusan sekolah dengan kebijakan politik daerah setempat. Konon ada pimpinan daerah yang sudah memasang target agar kelulusan UN mencapai presentase tertentu.
    Akibatnya, kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah harus bekerja keras agar target yang diinginkan kepala daerah tersebut dapat dicapai. Karena jika target tidak terpenuhi dikhawatirkan jabatannya akan di copot, karena jabatan kepala dinas dan kepala sekolah ditentukan oleh kepala daerah. Jujur harus diakui bahwa hasil UN bukan saja menjadi kebanggaan sekolah, tapi juga pemerintah daerah.
    Bahkan lebih dari itu, hasil UN akan menjadi penentu terhadap kelangsungan hidup sekolah yang bersangkutan. Pendek kata, kelulusan UN masih menjadi kebanggaan dan sebagai tolok ukur prestasi bagi semua pihak yang terlibat di dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Semua pihak tentu setuju, apapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah perlu untuk di evaluasi, terlebih yang berkaitan dengan dunia pendidikan, agar dapat diketahui sejauh mana kegiatan itu berhasil memenuhi target yang diinginkan.
    Sayangnya, dalam melontarkan polemik dan kritik banyak pihak yang tidak mempertimbangkan dampak negatif bagi para siswa yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian. Harus disadari bahwa saat ini banyak para siswa yang mengaku terganggu dengan gencarnya pemberitaan di media masa, khususnya terkait dengan isu kebocoran soal dan kunci jawaban tadi.
    Meski baru sebatas kekhawatiran dan belum tentu terjadi, namun secara psikologis telah berpengaruh terhadap konsentrasi para siswa, khususnya mereka yang telah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian. Untuk mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya penyimpangan, Menteri Pendidikan Nasional telah mengambil kebijakan dengan menggandeng perguruan tinggi menjadi pengawas ujian nasional dan juga melibatkan pihak-pihak keamanan. Untuk mengatasi persoalan ini sesungguhnya bukan hal yang sulit, karena alur perjalanan distribusi dokumen UN sudah jelas, sejak dari pencetakan naskah, proses pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian ke sekolah-sekolah.  Kuncinya hanya satu, masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN memiliki komitmen moral untuk menciptakan UN yang benar-benar bersih.
    Sebaliknya, seketat apapun pengawalan dan pengawasan dilakukan, bahkan jika perlu naskah tersebut di simpan di kantor Polisi, namun jika komitmen moral itu sudah tidak ada maka penyimpangan sangat mudah untuk dilakukan. Maka yang terpenting bukan pada proses pengawasan dan sistem pengamanannya, namun mental manusianya. Ada baiknya semua pihak untuk tidak memperpanjang polemik yang mau tidak mau akan berakibat negatif terhadap anak-anak bangsa yang sedang menghadapi ujian. Toh tidak ada jaminan jika penyimpangan itu benar terjadi bakal ada tindak lanjut berupa penerapan sanksi, baik sanksi administrasi maupun hukum.
    Betapa banyak penyimpangan yang terjadi selama ini khususnya di lembaga pendidikan, seperti dana bantuan operasional sekolah (BOS), dana alokasi khusus (DAK), pemalsuan ijazah dan kegiatan pendidikan lainnya, nyatanya semua hilang begitu saja. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini? Mengapa tiba-tiba saja UN bagaikan sesuatu yang gawat dan menakutkan bagi sebagian besar para orang tua, guru dan juga siswa? Kebijakan Pemerintah yang salah atau wujud dari ketidaksiapan anak-anak kita? Dan masih banyak pertanyaan lain yang merupakan bentuk dari kebingungan masyarakat dalam mengikuti polemik ini, karena sejak jaman dulu setiap yang bersekolah pasti mengalami ujian.
    Penulis justru berpikir lain, apakah  ujian  seperti itu memang masih relevan dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Dulu di saat ilmu pengetahuan dan informasi masih terbatas, maka kecakapan para siswa harus di ukur atau dievaluasi dari seberapa banyak bahan pelajaran yang berhasil dikuasai dan dihafalkan. Sekarang ini informasi dan ilmu pengetahuan telah terbuka melalui internet dan dapat diakses dengan mudah oleh para siswa, sehingga jika ujian dilaksanakan seperti itu, maka beban yang harus ditanggung oleh para siswa akan menjadi semakin berat.
    Mestinya sejalan dengan perubahan zaman, maka cara menguji dan mengevaluasi prestasi siswa juga ikut di ubah, bukan lagi menghafal materi pelajaran, namun menjadi seberapa jauh para siswa sanggup beradaptasi dengan kecepatan terhadap membanjirnya informasi dan ilmu pengetahuan itu. Saat sekarang ini yang diperlukan adalah kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama, seberapa pintar para siswa membangun dan melakukan kerja sama untuk mendapatkan temuan hal-hal baru. Maka yang perlu dikhawatirkan saat ini, jangan sampai produk pendidikan  hanya berhasil memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat rendahan dan tidak mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman, akibat dari penerapan pendidikan yang kurang tepat.
Beri Motivasi Siswa
    Hal yang penting untuk dilakukan saat ini adalah memberikan motivasi kepada para siswa bahwa UN bukanlah hantu yang harus ditakuti. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang. Bila seseorang memiliki motivasi tinggi maka seberat apapun tantangan yang ada di hadapannya akan mampu diatasi. Karena itu, menumbuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa adalah langkah awal yang harus dilakukan. Tentu saja tidak mudah untuk menumbuhkan motivasi atau gairah belajar yang tinggi. Bagi sekolah unggul, jauh-jauh hari telah melakukan pendekatan khusus dengan pengklasifikasian siswa dari siswa yang memiliki high motivation sampai low motivation, untuk selanjutnya dibuat progress report.
    Semua pihak dituntut untuk memahami faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar. Di antaranya, lingkungan sekitar, sarana belajar, dan cara belajar. Lingkungan sekitar meliputi orang tua, guru dan teman. Kepada siswa harus kembali diyakinkan bahwa dalam menentukan kelulusan bukan hanya dari nilai UN, tetapi juga nilai-nilai ujian sekolah. Meski UN tahun ini lebih ringan dibandingkan dengan tahun yang lalu, para siswa tetap harus melakukan persiapan, khususnya mempersiapkan mental agar tidak down saat ujian nanti. Hal yang tidak kalah penting adalah support dari orang tua dan orang-orang terdekat.
    Banyak orang tua yang bersikap apatis terhadap proses pendidikan anak, dengan alasan sibuk dan berbagai alasan lainnya. Orang tua yang bijak tentu akan meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak yang akan menghadapi ujian. Komunikasi yang disertai dengan doa dari orang tua akan menjadi modal dan kekuatan yang maha dahsyat bagi si anak dalam menghadapi setiap tantangan, termasuk ujian nasional. Hampir sebagian besar anak meyakini bahwa doa dari orang tua dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperteguh keyakinan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang pada awalnya penuh ragu.
    Hipnosis motivasi juga merupakan hal yang sangat positif karena waktunya sangat tepat di saat anak akan menghadapi ujian nasional. Hari-hari ini bukanlah saat yang tepat menuntut anak agar mengurung diri untuk belajar. Justru yang diperlukan mereka saat ini adalah suasana tenang, santai dan harmonis di tengah keluarga. Untuk menghilangkan kejenuhan, tidak ada salahnya jika orang tua mengajak anak keluar rumah walau hanya sekedar menghirup udara segar.
    Seyogyanya para orang tua perlu memahami bahwa pendidikan harus mampu memunculkan tiga kesadaran bagi anak, yakni kesadaran bertujuan, kesadaran berprestasi dan kesadaran berefleksi terhadap dirinya sendiri. Kita tentu berharap agar pelaksanaan UN tahun ini dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi siswa, tidak hanya mendapat nilai yang sesuai dengan standar kelulusan, tapi juga merasakan bagaimana sikap harus bekerja keras untuk memperoleh sesuatu dalam kemandirian. Kepada putra-putri bangsa yang akan menempuh UN selamat berjuang untuk menggapai sukses dan masa depan. 





OPINI : bahas UN memang negangin, karena saya sudh merasakan 2x , apalagi saat menunggu hasil, mau copot jantung rasanya karena benar – benar bikin strezzz. memang UN adalah akhir dari kegiatan kita saat menjadi siswa, disitu ujung dari semua kegiatan yang kita lakukan sisekolah, namun kegelisahan yang bukan main – main, karena apapun hasil jawaban dari kita akan menentukan masa depan kita kedepannya, jika lulus maka akan duduk dibangku baru, tapi jika sebaliknya tidak lulus harus mengulang dan manenggung malu pada semua orang, tentunya kita tidak ingin kan mengecewakan orang tua.
            Maka dari itu, sebelum melaksanakan UN, kita harus benar – benar mempersiapkan diri, supaya diri kita benar – benar siap saat melaksanakn UN, dan kita harus yakin bahwa kita pasti bisa.


5. manusia dan harapan



Sukses Meraih Cita-Cita

Sukses meraih cita-cita, apalagi cita-cita besar adalah impian semua orang. Termasuk orang pesimis. Sebenarnya mereka memiliki cita-cita besar, namun karena sikapnya yang pesimis, mereka mengubur dalam-dalam cita-cita tersebut. Anda melupakan cita-cita Anda? Jika ya, silahkan baca artikel ini akan saya jelaskan bagaimana Anda bisa sukses meraih cita-cita Anda.
Metode yang akan dijelaskan sudah terbukti. Jika Anda mengikutinya, insya Allah Anda akan sukses meraih cita-cita Anda. Sebesar apa pun cita-cita Anda. Tidak usah pesimis, tidak usah takut.
Dua artikel sebelumnya sangat fundamental, Anda harus membacanya karena sangat berkaitan dengan artikel ini. Tentu saja artikel-artikel lainnya pun yang ditulis di Motivasi Islami sangat bermanfaat agar Anda sukses meraih cita-cita Anda.
Dua artikel terakhir tersebut adalah:
  1. Anda Akan Menemukan Jalan Sukses
  2. Mimpi Masa Kini Adalah Kenyataan Hari Esok
Pada kali ini saya akan membahas 3 syarat yang harus Anda miliki agar Anda tetap berusaha, tetap bertindak, dan tetap berjuang untuk meraih cita-cita Anda. Karena inilah kunci Anda mencapai cita-cita, yaitu tidak berhenti. Ketiga syarat dibawah ini akan menjadikan diri Anda tidak bisa dihentikan oleh apa pun dan siapa pun kecuali oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Menjaga Keyakinan Bahwa Anda Akan Sukses Meraih Cita-cita
Seperti disebutkan dalam ebook Beautiful Mind Power, ada 3 dimensi keyakinan yang harus Anda miliki dan jaga. Selama ketiga keyakinan ini Anda miliki, Anda tidak akan pernah berhenti, Anda akan tetap optimis, sehingga Anda akan tetap bergerak.
Apa ketiga dimensi keyakinan itu?
  1. Yakin kepada diri sendiri, bahwa Allah sudah memberikan potensi yang cukup untuk meraih cita-cita Anda.
  2. Yakin bahwa cita-cita Anda bisa Anda raih. Meski terlihat sulit dan berat, tetapi Anda harus yakin bahwa cita-cita itu mungkin digapai oleh Anda. Kriterianya mudah saja, jika ada orang lain yang sudah mencapainya (kecuali para Nabi), maka Anda akan bisa mencapainya.
  3. Yakin bahwa Allah akan membantu dan menolong Anda.
Menjaga Fokus Anda Pada Cita-cita
Saat Anda kehilangan fokus, sama saja Anda kehilangan energi. Bukan tidak ada energi, tetapi energi Anda akan menjadi buyar dan tidak cukup lagi untuk mencapai cita-cita Anda. Bagaimana pun hebatnya Anda, tetap saja manusia yang serba terbatas. Kita tidak bisa memiliki segalanya. Waktu dan sumber daya Anda terbatas. Untuk itulah Anda harus menjaga fokus Anda dalam meraih cita-cita.
Anda harus memiliki sistem agar Anda tetap fokus pada cita-cita Anda. Bisa saja itu adalah seorang mentor yang membimbing serta mengarahkan Anda pada cita-cita Anda. Bisa jadi gambar atau benda yang mengingatkan Anda untuk fokus pada tujuan. Atau apa pun yang bisa Anda lakukan agar Anda tetap fokus.
Tentu saja, yang dimaksud fokus disini bukan berarti harus melupakan hal lain. Ibadah-ibadah harian jelas tidak boleh dilupakan oleh fokus kita meraih cita-cita. Fokus disini artinya Anda harus memberikan waktu khusus untuk meraih cita-cita dan Anda konsentrasi saat bekerja.
Misalnya, tetapkan berapa lama waktu yang Anda alokasikan untuk meraih cita-cita Anda. Kapan jadwalnya. Alokasi waktu tentu harus sesuai dengan besarnya cita-cita yang Anda miliki. Jika Anda memiliki cita-cita besar, tentu waktu yang diperlukan akan semakin banyak. Tetapi jangan khawatir, Anda bisa mencapai cita-cita yang besar dengan waktu yang lebih sedikit jika Anda menerapkan konsep Revolusi Waktu dan Daya Ungkit.
Jagalah Motivasi
Motivasi adalah energi. Motivasi seperti bahan bakar pada kendaraan Anda. Jika tidak ada motivasi, maka Anda tidak akan bisa bergerak meraih cita-cita Anda.Bagaimana jika motivasi habis atau turun? Maka Anda harus mengisinya lagi. Jika motor Anda kehabisan bensin, maka Anda harus mengisinya kembali. Jika HP Anda kehabisan listriknya, maka Anda harus men-charge-nya lagi.Untungnya, motivasi tidak perlu bayar atau beli. Anda bisa membangkitkan motivasi Anda kapan pun Anda mau. Energi dalam diri Anda bisa bangkit kembali jika Anda mau membangkitkannya.Selama ada motivasi, Anda akan terus bergerak. Jika bergerak, dan arahnya tepat, cepat atau lambat Anda akan mencapai tujuan.Jadi Anda akan sukses meraih cita-cita jika Anda Anda menjaga keyakinan, menjaga fokus Anda, dan menjaga motivasi Anda.
OPINI : menurut saya, meraih cita -  cita itu wajib untuk semua orang, karena cita – cita adalah harapan dari kecil supaya nantinya bisa menjadi sperti yang diinginkan. Misalnya seseorang ingin menjadi presiden, maka dia harus mulai meniatkan usaha dan tekadnya, tetapi meraih cita – cita itu tidaklah gampang, karena semua itu benar – benar btuh usaha yang keras, dan hanya orang yang berusahalah yang bisa meraih cita – cita, yang tidak pernah putus asa, dan selalu mau mencoba, semakin tinggi cita – cita kita, maka semakin besar usaha yang akan kita lakukan. Maka dari itu, kejarlah cita – citamu, karena kamu tidak akan pernah menyangka jika dirimu telah bisa menggapai cita – citamu dari kecil.