Selasa, 02 April 2013

hubungan ekonomi dengan pendidikan


Hubungan pendidikan dengan perekonomian sangatlah berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Baik secara lansung maupun tak langsung, banyak orang menyadari akan hal tersebut.. untuk itu, perlu adanya usaha merubah paradigma seseorang untuk mengubah pandangan manusia akan pendidikan. Pendidikan bukanlah suatu konsumsi atau pembiayaan yang harus dihindari. Namun, pendidikan hendaknya dianggap sebagai investasi yang harus dikeluarkan yang manfaatnya dalam jangka panjang baru dapat dirasakan.
Jika dilihat dari sudut pandang makro, sumber daya manusia yang tinggi dalam suatu Negara akan memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan. Pembangunan tidak akan berjalan dengan lancer apabila tidak tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk membentuk SDM yang baik, dibutuhkan adanya pendidikan yang baik. Baik secara teoritik, maupun dalam prakteknya.
Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah Invesment in Human Capital. Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara
terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu faktor utama yang mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat. Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi.
Untuk itu, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi memiliki dua syarat. Agar dapat berjalan. Adanya pemanfaatan teknologi yang baik oleh manusia yang didukun oleh sumber daya manusia yang baik secara efisien.
Sumber daya manusia seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengatahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataannya tingat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah sekitar 2 % setiap tahunnya (World Bank:1980)
Terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses
pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan dengan jenis pekerjaan tertentu. Sekolah memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya tempat dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapat berbagai macam faktor untuk mengukur bagaimana pertumbuhan
ekonomi diukur dengan baik. Diantara ukuran-ukuran tersebut, diantaranya:
1. Pendapatan per-kapita
2. Perubahanpeta ketenagakerjaan dari pertanian ke industri
3. Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi seperti mobil,
telepon, televisi Dengan demikian kriteria untuk menilai keberhasilan
pembangunan:
4. Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan
GDP dan GNP.
5. Kepuasaan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,
6. Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan penggunakan sumber daya yang terbatas. Pola keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan berbeda sesuai dengan karakteristik khas setiap negara.
Secara ringkas tampak berikut ini. 1. Negara Kapitalis vs Negara Sosialis.
Ekonomi di negara kapitalis mengasumsikan bahwa model produksinya bebas dari intervensi pemerintah dan mensyaratkan adanya kompetisi terbuka di dalam pemasaran. Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi sangat erat dan pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan. Ekonomi di negara sosialis, memiliki konteks yang
berbeda dalam mengitepretasikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pemerintah memiliki peranan di dalam mengontrol jalannya proses produksi dan pemasaran. Kaitan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan seolah tidak terlihat karena pembangunan sangat diatur oleh negara, bukan ditentukan oleh masingmasing
warga negara. 2. Negara Industri vs Non-Industri. Di Amerika Serikat yang sudah maju, persentase pekerja yang bekerja di sektor industri sebesar 33 % dan di bidang jasa/service sebesar 66 %. Di Meksiko persentase di sector yang sama adalah 23 % dan 33 %. Di negara maju, penduduknya memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi,
pemakaian teknologi yang canggih, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan negara kurang berkembang.
Di negara maju memiliki akumulasi modal yang lebih besar, sebagai akibat dari kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan konsumsi, sehingga jumlah tabungan semakin lebih besar dan pada akhirnya akan diinvestasikan lagi pada sistem ekonomi yang telah berjalan. Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat dari adanya perubahan karakteristik individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara nonindustri, perekonomiannya sangat tergantung kepada sektor pertanian sehingga persentase tenaga kerjanya lebih
banyak yang bekerja di sektor non-industri. Jelas bagaimana pentingnya analisis kontribusi pendidikan dalam pembangunan. Salah satu alasan banyaknya kontroversi tentang kaitan antara pembangunan dan pendidikan disebabkan karena sedikit sekali kebijakan pendidikan yang dimonitor benar-benar dan juga dievaluasi hasilnya.
Analisis terhadap pendidikan biasanya bersifat ex-post fakto, artinya data diperoleh dari kejadian-kejadian yang telah lampau. Sebenarnya konsep bagaimana pendidikan itu harus dievaluasi harus dikembangkan sejak tujuannya ditetapkan.
dengan memperhatikan kerangka berpikirnya dan metodologinya. Metode yang sering dipakai dalam penelitian evaluasi adalahl linear regresion and the educational production. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membicarakan lebih lanjut kontribusi pendidikan terhadap pembangunan harus ditemukan kriteria-kriteria atau ukuran-ukuran
pertumbuhan atau hasil pembangunan.

0 komentar: