Hubungan pendidikan dengan perekonomian sangatlah
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Baik secara lansung
maupun tak langsung, banyak orang menyadari akan hal tersebut.. untuk itu,
perlu adanya usaha merubah paradigma seseorang untuk mengubah pandangan manusia
akan pendidikan. Pendidikan bukanlah suatu konsumsi atau pembiayaan yang harus
dihindari. Namun, pendidikan hendaknya dianggap sebagai investasi yang harus
dikeluarkan yang manfaatnya dalam jangka panjang baru dapat dirasakan.
Jika dilihat dari
sudut pandang makro, sumber daya manusia yang tinggi dalam suatu Negara akan
memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan. Pembangunan tidak akan
berjalan dengan lancer apabila tidak tersedianya sumber daya manusia yang
mumpuni. Untuk membentuk SDM yang baik, dibutuhkan adanya pendidikan yang baik.
Baik secara teoritik, maupun dalam prakteknya.
Ahli-ahli ekonomi
mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga
manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah
Invesment in Human Capital. Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang
paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara
terletak pada
peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu faktor utama yang mendukung
pembangunan adalah pendidikan masyarakat. Teori human capital mengasumsikan
bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan
masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi.
Untuk itu,
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi memiliki dua syarat. Agar dapat berjalan.
Adanya pemanfaatan teknologi yang baik oleh manusia yang didukun oleh sumber
daya manusia yang baik secara efisien.
Sumber daya manusia
seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan
teori human capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi
dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan
adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa
pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengatahuan
untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap
bekerja. Namun demikian pada kenyataannya tingat pengangguran di hampir seluruh
negara bertambah sekitar 2 % setiap tahunnya (World Bank:1980)
Terjadinya
pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses
pendidikan, namun
pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan dengan jenis pekerjaan
tertentu. Sekolah memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan
tertentu, tetapi sekolah bukan satu-satunya tempat dimana keterampilan itu
dapat dicapai. Terdapat berbagai macam faktor untuk mengukur bagaimana
pertumbuhan
ekonomi diukur dengan
baik. Diantara ukuran-ukuran tersebut, diantaranya:
1. Pendapatan
per-kapita
2. Perubahanpeta
ketenagakerjaan dari pertanian ke industri
3. Konsumsi energi
atau pemakaian barang berteknologi tinggi seperti mobil,
telepon, televisi
Dengan demikian kriteria untuk menilai keberhasilan
pembangunan:
4. Peningkatan dalam
efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan
GDP dan GNP.
5. Kepuasaan
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,
6. Pencapaian
tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan
penggunakan sumber daya yang terbatas. Pola keterkaitan antara pendidikan dan
pembangunan berbeda sesuai dengan karakteristik khas setiap negara.
Secara ringkas tampak
berikut ini. 1. Negara Kapitalis vs Negara Sosialis.
Ekonomi di negara
kapitalis mengasumsikan bahwa model produksinya bebas dari intervensi
pemerintah dan mensyaratkan adanya kompetisi terbuka di dalam pemasaran.
Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi sangat erat dan pendidikan
merupakan suatu hal yang diperlukan. Ekonomi di negara sosialis, memiliki
konteks yang
berbeda dalam
mengitepretasikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pemerintah memiliki
peranan di dalam mengontrol jalannya proses produksi dan pemasaran. Kaitan
antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan seolah tidak
terlihat karena pembangunan sangat diatur oleh negara, bukan ditentukan oleh
masingmasing
warga negara. 2.
Negara Industri vs Non-Industri. Di Amerika Serikat yang sudah maju, persentase
pekerja yang bekerja di sektor industri sebesar 33 % dan di bidang jasa/service
sebesar 66 %. Di Meksiko persentase di sector yang sama adalah 23 % dan 33 %.
Di negara maju, penduduknya memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi,
pemakaian teknologi
yang canggih, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan negara kurang
berkembang.
Di negara maju
memiliki akumulasi modal yang lebih besar, sebagai akibat dari kelebihan
pendapatan setelah dikurangi kebutuhan konsumsi, sehingga jumlah tabungan
semakin lebih besar dan pada akhirnya akan diinvestasikan lagi pada sistem
ekonomi yang telah berjalan. Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di
negara maju sangat jelas dilihat dari adanya perubahan karakteristik individu
yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara nonindustri,
perekonomiannya sangat tergantung kepada sektor pertanian sehingga persentase
tenaga kerjanya lebih
banyak yang bekerja
di sektor non-industri. Jelas bagaimana pentingnya analisis kontribusi
pendidikan dalam pembangunan. Salah satu alasan banyaknya kontroversi tentang
kaitan antara pembangunan dan pendidikan disebabkan karena sedikit sekali
kebijakan pendidikan yang dimonitor benar-benar dan juga dievaluasi hasilnya.
Analisis terhadap
pendidikan biasanya bersifat ex-post fakto, artinya data diperoleh dari
kejadian-kejadian yang telah lampau. Sebenarnya konsep bagaimana pendidikan itu
harus dievaluasi harus dikembangkan sejak tujuannya ditetapkan.
dengan memperhatikan
kerangka berpikirnya dan metodologinya. Metode yang sering dipakai dalam
penelitian evaluasi adalahl linear regresion and the educational production.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membicarakan lebih lanjut
kontribusi pendidikan terhadap pembangunan harus ditemukan kriteria-kriteria
atau ukuran-ukuran
pertumbuhan atau
hasil pembangunan.
0 komentar:
Posting Komentar